Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Selasa, 01 November 2011

Kisah Sukses Google

Pernahkan anda membayangkan suatu saat terbang diatas kota anda, lalu menjelajahi semua sudut kota dari udara hingga melihat gambar rumah anda dari atas. Anda bisa melihat atap rumah anda dan bahkan mobil tetangga yang diparkir di jalan di depan rumah. Dulu hal itu hanya dapat dilakukan oleh surveyor foto udara yang harus mendapat ijin dari instansi keamanan di tingkat Pusat. Dan tentu saja dengan biaya yang sangat mahal. Tapi sekarang hal itu anda bisa lakukan hanya dengan menggeser-geser mouse komputer dan dengan gratis pula, kecuali biaya sambungan internet. Anda bisa melakukan itu berkat Google Earth dan Google Map, produk Google yang sangat spektakuler.
tampilan 3d kota masachussets di Google Earth
tampilan 3d kota masachussets di Google Earth
Google, tidak disangsikan lagi saat ini menjadi search engine yang paling banyak dipakai orang diseluruh dunia setiap hari. Google yang semula hanya sekedar search engine biasa, kini sudah berkembang dengan berbagai fitur yang sangat beragam. Hanya dengan mengetikkan kata tertentu di Google, dalam hitungan detik anda bisa mencari informasi atau gambar apa saja dari jutaan website diseluruh dunia. Anda akan dibawa menjelajah dengan kecepatan yang sangat luarbiasa dan yang paling penting, semua itu dengan gratis. Software Google memang digunakan tanpa bayar dan tanpa copy rights, tidak seperti software lainnya yang harus anda beli.
sergey brin(paling kanan) dan larry page(paling kiri)
sergey brin(paling kanan) dan larry page(paling kiri)
Awalnya Google berkembang dari sekedar program komputer pencari biasa menjadi suatu perusahaan komputer yang sangat besar. Google diciptakan dan dibangun oleh dua orang bersahabat Larry Page dan Sergey Brin. Sebagaimana kebanyakan penemu luar biasa lainnya Larry dan Sergey tidak pernah membayangkan bahwa mereka akan sampai ke kondisi seperti sekarang. Mereka adalah tipikal pekerja keras yang brilian dan tidak mau menyerah terhadap hambatan dan tantangan apapun. Larry Page dan Sergey Brin bertemu di Universitas Stanford, California sebagai mahasiwa post doctoral (PhD). Persahabatan mereka dibangun melalui serangkaian perdebatan-perdebatan yang sangat panjang sebagai mahasiswa PhD dibidang komputer. Mereka berdua adalah mahasiswa yang selalu haus mencari jawaban dari suatu persoalan. Penemuan program pencari Google diawali dari fakta yang mereka hadapi ketika sulitnya mengumpulkan informasi dalam waktu yang singkat. Dari hasil penelitian mereka terhadap sejumlah search engine (program pencari) yang sudah ada, mereka mendapati bahwa kebanyakan program pencari tidak mampu memberikan hasil yang memuaskan. Kenyataan itu menantang Larry dan Sergey untuk menciptakan program komputer baru yang tidak hanya cepat tetapi juga mampu memberikan urutan website berdasarkan tingkat kepentingan informasi.. Saking bersemangatnya mereka ingin menciptakan program komputer, mereka membentuk perusahaan agar mampu mewujudkan idenya itu. Maka dengan bersusah payah meyakinkan orang akhirnya ada yang mau meminjami 100 ribu dollar sebagai modal awal untuk membuka kantor di tahun 1998.
Larry dan Sergey memulai perusahaannya dengan berkantor di garasi sewaan di kawasan Menlo Park, California. Dengan semangat yang luar biasa dan kerja keras yang tiada henti, dalam waktu yang singkat Larry dan Sergey menjadikan Google perusahaan dengan kemajuan yang sangat fantastis. Google berkembang melewati batas-batas perkiraan orang. Bahkan Google berani melawan “mainstream” kebanyakan perusahaan. Dari modal 100 ribu dollar di tahun 1998, pada tahun 2004, nilai penjualan Google sudah menjadi 3,2 milliar dólar, dan pada bulan Agustus 2005, nilai saham Google merkoket ke 79,6 milliar dollar.
Perjalanan fantastis Google itulah yang diceritakan oleh David A. Vise dan Mark Malseed dalam bukunya The Google Story (Kisah Sukses Google). David A. Vise, wartawan pemenang hadiah penghargaan bergengsi Pulitzer, menuliskan keberhasilan Google dengan gaya bercerita ala novel. Buku ini menarik sebagai cerita terlebih lagi sebagai biografy the Google Guys, sebutan untuk Larry Page dan Sergey Brin dalam membangun Google. David A Vise membuat alur cerita tidak murni berdasarkan kronologis kejadian, tetapi berdasarkan tema cerita yang ia ingini. Seperti diakuinya, Vise dan Malseed menjalin cerita berdasarkan ribuan jam penelitian dan wawancara dengan sejumlah orang.
Google memang fenomena menghebohkan diabad millenium yang menjadikan dunia berbasiskan internet. Ia menghebohkan tidak hanya karena kemampuannya sebagai mesin pencari yang luar biasa, tetapi juga sebagai perusahaan yang terus menerus mengeruk untung. Sejak tahun pertama pendirian Google sampai enam tahun berturut-turut Google mencatat keuntungan yang menanjak sepanjang tahun. Google bahkan berani mendikte kemapanan pasar saham Wallstreet untuk mengikuti kemauan the Google Guys. Ketika Google hendak mendaftarkan dirinya sebagai perusahaan terbuka di Wallstreet, Google dengan berani tidak mau mengikuti sejumlah ”aturan” yang dibuat oleh Wallstreet. The Google Guys menilai bahwa para pialang di Walstreet merupakan kumpulan para mafia yang menggerogoti perusahaan yang akan go publik disana. Menurut Larry dan Sergey para pialang Wallstreet akan meraup keuntungan yang sangat besar sementara perusahaan yang mau go publik harus berjuang mati-matian untuk bertahan. Karena itulah the Google Guys membuat aturan sendiri untuk go publik. Dengan luar biasa Sergey dan Larry melakukan jurus jitu menundukkan pialang Wallstreet. Dan semua kesuksesan itu dilakukan dalam usia yang sangat muda. Ketika Google melakukan go publik di Wallstreet pada bulan Agustus 2004, Sergey dan Brin berusia belum genap 31 tahun.
Sejak awal pendirian perusahaan, Sergey dan Larry hanya mempekerjakan orang-orang pilihan. Bahkan ketika perusahaannya belum jelas dari mana akan memperoleh uang, Sergey dan Larry tidak pernah berhenti mencari karyawan dengan kualifikasi terunggul. Dengan kecerdasan dan kemampuan keduanya menjual ide kepada orang untuk bekerja bersama mereka dan merekrut para PhD dari universitas terkemuka.
Mereka juga membajak jago-jago komputer dari sejumlah perusahaan besar Amerika. Dengan berani Google mengincar orang-orang unggulan dari Microsoft dan Yahoo untuk pindah ke Google. Sejumlah karyawan andalan Microsoft akhirnya memang pindah ke Google.
Google juga berhasil membangun sistem kerja yang unik dengan para karyawannya. Di Googleplex, kantor pusat mereka saat ini di Silicon Valley, California, suasana kerja diciptakan sedemikian rupa, sehingga kesan formalitas ditanggalkan. Google menyusun manajemen perusahaan ala kampus yang memberi keleluasaan bagi karyawan untuk mengembangkan inovasinya tanpa batas. Meski demikian, prinsip objectivitas terus dikembangkan. Semboyan perusahaan Don’t be Evil digunakan sebagai pedoman untuk menjunjung nilai-nilai objektivitas dan kejujuran. Di Googleplex, mereka juga merancang ruangan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan bagaimana para pendiri bisa tetap dekat dengan karyawan. Ruangan ditata sehingga nyaris tidak ada batas-batas antar sesama karyawan, Untuk ini Sergey dan Larry bahkan ikut terlibat sangat detail dalam perencanaann ruangan kerja.
Untuk mendukung karyawan yang prima dalam bekerja, mereka menyiapkan makanan sehat bagi karyawan. Untuk itu koki khusus direkrut untuk memasak makanan sehat bagi semua karyawan. The Google Guys berkeyakinan bahwa makanan sehat sangat diperlukan bagi karyawan yang bekerja keras. Dan itu semua harus disediakan perusahaan. Koki jempolan secara khusus menyusun program makan sehat dan teratur di Googleplex.
Keberhasilan Google juga tidak lepas dari persoalan hukum. Dalam pengembanganproduk-produknya, Google dinilai berbagai pihak melakukan perbuatan melawan hukum. Beberapa pihak mencoba menuntut di pengadilan, tetapi dengan gigih para pengacaranya menghasilkan kemenangan dipihak Google. Ketika dihadapkan pada tuntutan hukum untuk tuduhan ”penjiplakan” sistim periklanan, Google juga berhasil mengalahkan lawan-lawannya. Sergey dan Larry memang tidak mau main-main dalam dalam bekerja, dalam proses hukum mereka menggunakan pengacara-pengacara jempolan.
Google dalam waktu 6 tahun memang telah menggegerkan dunia. Para saingannya dibuat kalang kabut, bahkan Bill Gates bos Microsoft termasuk yang ketar-ketir menghadapi Google. Saat buku The Google Story karya David A. Vise diterbitkan ditahun 2005, Google bahkan masih terus menikmati kejayaanya. Saat inipun Google masih terus melakukan inovasi-inovasi untuk memantapkan kerajaannya di dunia internet. Google Labs sebagai wadah untuk mencoba produk-produk baru yang terus bertambah jumlahnya. Andapun mungkin sudah masuk dalam jaringan pengguna Google saat ini. Perkembangan Google dalam tahun- tahun kedepan pantas untuk diperhatikan, seberapa jauh raksasa internet ini akan semakin merambah dan mengikat dunia atau menuju suatu perkembangan yang tidak terpikirkan sebelumnya. Selamat ber-Google ria, selamat menjelajah dunia di ujung jari anda.

Selasa, 25 Oktober 2011

Sinopsis Dan Kesimpulan Film Pirates of Silicon Valley


Kesimpulan dari Film Pirates of Silicon Valley ini kita akan merasa kagum dan jengkel melihat bagaimana seorang Bill Gates bisa menjadi orang besar dan terkenal seperti sekarang ini, itu tidak lain dan tidak bukan karena ulahnya yang membajak hasil karya orang lain. Kita bisa mengambil manfaat dari film Pirates of Silicon Valley  ini agar senantiasa semangat & inspirasi dalam keseharian kita, khususnya bagi saya dan umumnya bagi kita semua. Secara garis besar, film Pirates of Silicon Valley  ini mengisahkan persaingan antara Bill Gates dan Steve Jobs. Dimana Steve Jobs adalah pendiri Apple Computer Inc. yang terkenal dengan produk Macintoshnya.

Pirates of Silicon Valley Cover
Awal cerita dari film Pirates of Silicon Valley  ini mengisahkan bagaimana bill Gates dan Steve job merintis segalanya dari nol. Kita bisa akan dibuat terpana dengan kejeniusan dan semangat yang mereka miliki. Pada 1975, Gates dan rekannya Paul Allen mendirikan Microsoft. Dan pada 1976, Jobs dan rekannya Steve Wozniac mendirikan Apple Inc, di garasi. Waktu itu mereka mampu menjual komputer Apple I yang awalnya dibungkus kayu & menggunakan layar TV bekas! Sebenarnya Wozniac sempat menunjukkan komputer tersebut ke perusahaan HP tempat dia bekerja. Tapi para petinggi HP saat itu hanya menertawakannya. Apple mulai berkembang dan dan dikenal dunia dimulai ketika mereka berhasil menciptakan komputer yg memiliki GUI yang menarik dilengkapi dengan penggunaan mouse. Ide penggunaan mouse dan grafik ini sebenarnya mereka mencuri konsep yangn dimiliki oleh Xerox. berawal dari pihak Xerox yang mengijinkan Jobs dkk untuk melihat hasil karyanya karena tdk menyadari dahsyatnya pemanfaatannya.
Bagusnya Steve Jobs adalah dia sama sekali tidak malu untuk mengakui bahwa dia telah melakukan pencurian konsep dari xerox. Justru dia bangga dan menjadikan pencurian sebagai motto perusahaan. Bahkan di depan kantornya yang nyentrik, dikibarkan bendera bajak laut! Good artists copy, great artists steal! Apple lebih dulu berkembang menjadi perusahaan besar bila dibandingkan dengan Microsoft yang waktu itu masih merupakan perusahaan kecil, namun Microsoft memiliki produk BASIC yang oleh IBM dianggap cukup menarik perhatian. Dan pada suatu waktu bertemulah pihak Bill Gates dengan petinggi IBM. Pada pertemuan tersebut, Bill Gates berhasil meyakinkan IBM bahwa mereka memiliki produk yg dibutuhkan IBM. Padahal Gates dkk. tidak mempersiapkan apapun ketika berangkat ke pertemuan. Bahkan dasi Bill Gates pun dibeli dari seseorang yang sedang buang air di airport! disinilah kita bisa lihat semangat dan keoptimisan yang di miliki oleh Gates Dkk.
Terang saja Bill Gates dkk. kebingungan untuk memenuhi janji mereka ini. Dan di tengah-tengah kebingungan tersebut, Allen mengunjungi sebuah software house kecil. Di sana dia melihat program XDOS, dan memutuskan untuk membeli beserta lisensinya. Program tersebutlah yang akhirnya dijual kembali oleh kubu Bill Gates kepada IBM. Dan itu pun dengan lisensi yang masih dipegang Microsoft. Program itu kemudian menjadi MS DOS, yang ada di seluruh komputer yang menggunakan Windows saat ini. Bayangkan betapa sakit hatinya si pencipta XDOS bila mengetahui hal ini. Kerjasama dengan IBM tersebut membuat Microsoft terus berkembang, tapi masih tetap di bawah Apple Inc.
Sampai saat itu, Apple masih selalu selangkah lebih maju dari Microsoft. Hal inilah yang membuat Bill Gates penasaran dan memutuskan untuk mendatangi Jobs. Entah apa yang dilakukan Gates sehingga Steve Jobs mau menunjukkan prototype yang sedang dikembangkan Apple. Dan hebatnya lagi, Steve Jobs bahkan memberi Bill Gates 1 buah prototype karena Gates berjanji untuk ikut mengembangkannya.Tentu Dan baru setelah sekian lama tidak ada kabarnya, Jobs pun mulai tersadar.
Dia pun memanggil Gates dengan penuh amarah. Di sini lagi-lagi terlihat bakat negosisator seorang Bill Gates. Dia sekali lagi berhasil meyakinkan Steve Jobs bahwa dia sedang membantu melakukan pengembangan. Dan akhirnya tibalah saat peluncuran komputer Apple yang berasal dari prototype tersebut. Gates diberi kesempatan untuk turut berpidato. Ketika Gates sedang di podium, Steve Jobs mendapat kabar bahwa di Jepang sudah beredar komputer dengan program yang mirip dengan produk Apple itu. Program tersebut tak lain adalah Microsoft Windows.
Film ini adalah gambaran indah pengusaha modern dan memberi kita melihat ke dalam pada gaya manajemen dari kedua Steve Jobs dan Bill Gates yang uniknya kedua orang hebat ini menjadi raja dari “mencuri”.
Yang juga sangat menarik dalam film Pirates of Silicon Valley ini adalah pengembangan karakter individu dari kedua Jobs dan Gates. Kita belajar sejak awal bahwa Steve Jobs diadopsi dan dia menghadapi banyak masalah yang sulit karena kurangnya identifikasi diri sebagai hasil adopsi. Dia melihat dirinya sebagai visioner, seniman, orang yang “bisa mengubah sejarah”, namun ragu-ragu untuk mengambil tanggung jawab atas anak haram ia membawa ke dunia. Bill Gates digambarkan sebagai komputer nerd khas, yang meninggalkan pendidikan Harvard untuk memulai Microsoft dengan temannya Paul Allen. Dia ditampilkan sebagai penggerak, seorang oportunis yang tidak akan berhenti untuk mendapatkan ide di luar sana “pertama”.
Film Pirates of Silicon Valley  ini amat menarik. Bukan hanya menggambarkan perbedaan karakter Bill Gates dan Steve Jobs. Tetapi juga dilengkapi dengan berbagai kutipan orang-orang top. Misalnya ada kutipan kalimat gembong mafia: “Keep your friends close, but keep your enemies closer“. Kalau mau berhasil, kita mesti lebih mendekat ke pesaing daripada ke teman-teman kita sendiri. Ada juga kalimat  “Good artists copy, great artists steal” yang sangat terkenal dari Picasso.
Dari film Pirates of Silicon Valley  ini kita bisa mengambil pelajaran bahwasanya kita harus tetap semangat, inovatif, berani berubah menuju arah yang lebih baik, berani mengambil resiko, lebih memaksimalkan kinerja otak, harus pintar melihat peluang yang ada, end.

Kamis, 13 Oktober 2011

Usaha Kreatif dari Barbie Muslimah

Ide berbisnis bisa datang berloncatan dari mana saja. Termasuk dari rasa prihatin. Inilah yang dialami Sukmawati Suryaman saat memulai bisnis membikin pakaian muslim untuk boneka.
Suatu hari, Sukma, panggilan karib Sukmawati, bertandang ke rumah salah seorang saudara. Pandangannya langsung tertuju pada sang keponakan yang tengah bermain boneka Barbie berpakaian serbaminim.
Perempuan asal Jakarta yang menutup rapat badannya dengan pakaian muslim ini tergerak untuk menyediakan boneka dengan pakaian tertutup. “Apalagi, saya tahu persis di pasaran ketika itu tak ada boneka seperti itu,” ujar Sukma yang membuka usaha di tahun 2006.
Bergegas, dia menyiapkan modal segede Rp 5 juta untuk membeli selusin boneka, mesin jahit, dan bahan-bahan untuk  membuat baju boneka. Cuma, langkah Sukma terkendala lantaran tak bisa menjahit. Tak kurang akal, Sukma pun menyewa seorang penjahit profesional untuk membuatkan pola dasar baju boneka.
Untuk urusan desain baju, Sukmawati sendiri yang menggarapnya. “Saya memberi nama boneka ini Salma,” ujar lulusan S2 Teknik Elektro UGM yang pernah mengajar di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, itu mengenang.
Sukma mengaku mencomot nama Salma lantaran teringat  pada usaha roti Salim yang pernah digelutinya di Yogyakarta pada 2003. Usaha itu tutup lantaran Sukma harus ikut sang suami pindah ke Jakarta.
Awalnya, Sukma menjajakan boneka berpakaian muslimah ke sanak saudara serta para tetangganya. Baru pada Juni 2006 Salma mulai dijual lewat internet. “Launching awal hanya 10 model baju busana muslim untuk boneka,” ujar Sukma.
Pilihan berjualan lewat dunia maya tak lepas dari peran suaminya. Selain tak membutuhkan modal besar seperti membuka gerai, internet juga tanpa batas dalam memasarkan produknya. Tak hanya di pelosok dalam negeri, tapi juga sampai luar negeri. “Sudah begitu biayanya murah. Hanya Rp 300.000 per bulan,” ujar Sukma. Untuk urusan desain webstores, Suk-ma menyerahkan kepada suami yang lulusan Ilmu Komputer UGM.
Tak hanya menjual boneka berbalut baju muslim, webstore Sukma juga menyediakan baju ganti yang dijual terpisah, pin, hingga tas boneka.
Sukma bilang, untuk membuat baju muslim maupun pernak-pernik boneka tak membutuhkan biaya yang mahal. Bahan-bahannya pun dengan mudah bisa dicari di pasar. Kain katun, batik, songket, satin, dan tile adalah bahan yang kerap dia gunakan mendandani Salma.
Sejak berjualan perdana di internet, peminatnya terus bertambah. Pernah, saking membeludaknya, Sukma harus menyediakan 1.000 boneka berpakaian muslim dalam sebulan. Kini, order atau pesanan terus mengalir rutin. “Mendekati bulan Ramadhan, pesanan biasanya naik lumayan tinggi,” ujar Sukma. Setelah masa itu lewat, tak banyak pesanan datang.
Itu sebabnya, omzet Sukma juga masih naik turun, yakni minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 20 juta per bulan. Dari omzet itu, Sukmawati mengaku memperoleh keuntungan bersih sebesar kurang lebih 20 persen.
Jika ingin ikut menggeluti bisnis ini, Sukma tak pelit berbagi ilmu. Biaya untuk berbisnis ini yakni membeli boneka telanjang yang harganya Rp 10.000 per biji. Adapun ongkos produksi sekitar Rp 30.000 sampai Rp 40.000 tergantung bahan. Ongkos sebesar itu untuk membeli bahan atau kain, pernak-pernik, kemasan berupa kotak karton persegi panjang, ongkos menjahit, serta ongkos kirim.
Pendek kata, satu boneka membutuhkan biaya Rp 40.000. Dengan harga jual Rp 55.000 sampai Rp 65.000, keuntungan yang bisa diperoleh antara ?Rp 15.000 - Rp 25.000. Dalam hitungan Sukma, modal usaha akan kembali setengah tahun. “Paling tidak itu yang sudah saya alami,” ujar dia.
Agar konsumen tak bosan, Sukma memang harus rajin menggali inspirasi model-model baru busana bonekanya yang sering dijuluki The Moslem Barbie Doll oleh orang-orang bule pelanggannya. Pelanggan nya datang dari Jerman, Bang-ladesh, Malaysia, Inggris, dan Amerika.
Berjualan lewat internet tak cukup bagi Sukma. Makanya, Sukma mengaku rajin ikut pameran. Adalah PT Pertamina yang mengajaknya ikut dalam berbagai pameran kerajinan. Maklum, sejak lima bulan lalu, Sukma menjadi mitra BUMN itu setelah mendapatkan modal sebesar Rp 25 juta dengan bunga superringan, yakni sebesar 3 persen per tahun.
Dana itu dia pakai mengembangkan usaha dengan menambah karyawan dan menambah aset usaha. Lewat Pertamina juga Sukma berharap mendapat pasar baru untuk Salma.
Sukma juga berharap, usaha keras membuat boneka Salma yang santun bisa menandingi kepopuleran boneka Barbie, di mata anak-anak pecinta boneka

Dari Usaha Kreatif di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa jika kita jeli melihat peluang usaha yang ada pada saat sekarang ini, maka dengan sedikit modal dan keterampilan yang dimiliki, kita bisa membuat usaha yang maju dan sukses tanpa adanya ketergantungan terhadap orang lain sehingga kita bisa mandiri menggeluti usaha tersebut,

Minggu, 09 Oktober 2011

Ikan Bakar Babe H. Lili, Satpam bermodal Rp. 38 ribu

Mantapnya ikan bakar Babe H. Lili tak bisa dibantah lagi. Tak aneh, jika nama Babe Lili melejit hingga mengundang para pejabat, artis dan masyarakat luas singgah di restonya, di jalan Wahid Hasyim.
Padahal, restonya itu dibuka dengan modal 38.000 rupiah di tahun 1996. Berkat kegigihannya, warung kecil di pinggir jalan itu bermetamorfosis menjadi restauran besar…

Serabutan, begitulah pekerjaan pria bernama lengkap Asli Mardji, sebelum akhirnya memilih berdagang. Sejak usia 11 tahun, ia sudah hengkang dari keluarganya, berkelana mencari rupiah.
Hidupnya pun berantakan, bahkan sempat dianggap sudah ‘tiada’ oleh keluarganya. “Pekerjaan apapun saya jalani, dari satpam dan supir bajaj, semua pernah saya lakukan, hingga terjebak di dunia hitam, mengkonsumsi obat-obatan,” ucap bapak berusia 74 tahun ini, kalem. “Pokoknya haram jadah!”
Tahun 2006 boleh dikatakan sebagai masa renaisanse bagi dirinya. Sebabnya, ia merasa sakit hati yang bukan kepalang. “Saya sakit hati melihat orang bule bisa berbisnis makanan mereka di Indonesia.
Anehnya, orang kita malah menyukai makanan mereka. Saya berpikir untuk menciptakan makanan khas laut di tengah kota. Ikan bakar laut pilihan saya,” kisahnya bersemangat.
Babe Lili tak cuma berniat, tapi nekat memulai usahanya. “Ya, 38.000 modal awalnya. Dulu, saya sering menjajakannya dari rumah ke rumah. Saya keliling ke tiap perumahan untuk menawarkan ikan bakar buatan saya.
Harganya pun masih murah, 2.000 rupiah perekor. Nah, dari sanalah ikan bakar saya mulai digandrungi orang. Bukan hanya dari kalangan bawah, artis dan pejabat pun banyak tertarik,” imbuh bapak yang memiliki 20-an karyawan ini bangga. Tak aneh jika dalam sehari, ia bisa menghabiskan 60-70 kilogram ikan laut.
Dikatakan Babe Lili, ikan racikannya itu baru dibumbui setelah dibakar setengah matang. Hal ini bertujuan agar bumbunya meresap ke dalam ikan.
Di restonya, 8 jenis ikan laut bisa dinikmati yang bisa dipadu dengan sambal dan lalapan yang disediakan.
“Ya, ada sekitar 8 jenis ikan laut yang dijual disini. Sebutlah, ikan kambing-kambing, baronang, kerapu, kakap, kue, bawal, hiu dan ayam-ayam. Selain itu, saya pun menyediakan berbagai olahan udang dan cumi,” ucapnya.
Harganya pun masih terbilang cukup terjangkau, dari 35 ribu – 45 ribu rupiah.
Kini bisnisnya itu telah bercabang 2 lokasi di Jakarta. Hasilnya, ia pun bisa naik haji dan keliling Eropa bersama istri dan anak tercinta.
“Sebelumnya, saya tak pernah berpikir bisa naik haji dan keliling Eropa. Alhamdulillah, ini berkah,” ucap ayah 3 anak ini penuh syukur.
Setelah hampir 14 tahun berlalu, Babe Lili pun memilih untuk istirahat dari bisnisnya.

Hidupnya kini tak jauh dari sajadah. Ia hanya sekali-kali terlihat di restoran induk, di jalan Wahid Hasyim, karena lokasinya yang berdekatan dengan rumahnya. Sementara, cabang-cabang restorannya di Dharmawangsa dan Bintaro dikelola oleh anak-anaknya.

Dari kisah itu kita bisa menangkap sedikit kesimpulan bahwa pekerjaan apapun, asalkan kita ada niat dan usaha kerja keras untuk mencoba usaha yang baru kita mulai, maka kesuksesan akan menghampiri kita.

Dari Pedagang Asongan Jadi Pengusaha Sukses

Menjadi orang sukses adalah pilihan hidup setiap orang yang mau berusaha. Pemikiran itu yang membawa Wildan, pria berumur 38 tahun, sukses menjalankan beberapa bisnis sekaligus. la membuka bengkel jok mobil Mr. Seat, bengkel knalpot, menjual pisang goreng pasir Pisangku, dan menciptakan kompor hemat bahan bakar.
Kerja keras dan terus menciptakan inovasi dalam berbisnis membuat seorang anak daerah dari Lampung bernama Wildan sukses menaklukkan ibukota. Saat ini,  ia telah memiliki bengkel jok mobil yang sudah dikenal luas kualitas dan inovasinya. Namanya Mr. Seat di daerah Jl. Pangeran Antasari, Cipete, Jakarta Selatan.
Dalam sebulan, Wildan mengaku bisa mengantongi omzet dari pesanan jok mobil antara Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Ia sering mengikuti pameran-pameran mobil dengan memamerkan kreasi jok mobil nyeleneh. "Saya pernah membungkus satu badan luar mobil Avanza baru dengan jok kulit buatan sendiri," kenangnya.
Di samping itu, Wildan memiliki bengkel knalpot dan AC yang bersebelahan dengan lokasi bengkel Mr. Seat. Tidak hanya itu, sejak dua tahun silam, ia menjajal peruntungan dengan menjual pisang goreng pasir yang kala itu menjadi tren. Ia menamakan pisang pasirnya dengan merek Pisangku. Dari enam gerai miliknya, Wildan mengaku bisa menjual hingga 4.000 potong pisang goreng per gerai setiap akhir pekan. Pada hari biasa, rata-rata penjualannya 2.000 pisang.
Untuk bisa menghemat ongkos produksi pisang pasirnya, Wildan mencoba menciptakan kompor hemat bahan bakar yang membuat proses penggorengan lebih cepat. Kompor bikinannya ini memiliki banyak semburan mata gas sehingga membuat wajan cepat papas. "Dengan menggunakan kompor ini, kami bisa mengefisiensikan bahan bakar dan menambah kapasitas penggorengan," ujarnya.
Pencapaiannya itu tidak begitu saja dia dapatkan dalam sekejap mata. Ia bahkan tidak menyangka bisa sesukses sekarang. "Semua ini anugerah dan kehendak Tuhan sehingga saya bisa sesukses seperti saat ini," ujarnya merendah.
Padahal, pada tahun 90-an, Wildan belum menjadi apa-apa. Ia bahkan tidak sempat menyelesaikan kuliahnya lantaran harus segera menghasilkan uang agar bisa melanjutkan hidup secara mandiri. la sempat menjual kartu-kartu ucapan di daerah Blok M sementara belum memiliki pekerjaan tetap. "Saya sering tidur di gudang-gudang daerah Aldiron karena tidak memiliki tempat tinggal tetap," kenangnya.
Kala itu, untuk mencari pekerjaan lebih layak, selain menjadi penjual kartu ucapan, Wildan juga nyambi menjadi tenaga penjual (salesman) alatalat rumah tangga. "Saya menjalani pekerjaan tersebut sebaik-baiknya walaupun sebagai tukang jualan alat rumah tangga dari rumah ke rumah sering mendapat penolakan," kenangnya.
Melakoni profesi sebagai tenaga penjual alias salesman alat-alat rumah tangga, Wildan sempat menjadi supervisor. la mulai menabung hasil jerih payahnya. Malang tak bisa ditolak, perusahaan tempat ia bekerja bangkrut. Wildan harus mencari tempat kerja lain agar bisa bertahan hidup.
Tuhan memberi jalan. Dari koneksi sang kakak, Wildan mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan jasa pembebasan tanah. "Saya waktu itu sempat membebaskan tanah di Bali dan Lombok," ujarnya.
Perlahan tapi pasti, tabungan Wildan mulai terkumpul. Tabungan ini kemudian ia jadikan modal membuka bengkel knalpot dan mesin penyejuk udara alias air conditioner (AC). "Waktu itu, abang Saya juga sudah lebih dulu membuka bengkel yang sama, tidak jauh dari bengkel saya. Lalu, kami patungan mendirikan bengkel, saya ditugasi untuk mengelolanya," ujar Wildan.
Awalnya bisnis ini tak gampang. Wildan sempat putus asa, sebab ternyata peminat bengkelnya sangat sedikit. Sepi dan terus merugi. Saking frustrasi, sempat terbersit menjual tanah tempat bengkelnya berdiri. Untung langkah ini urung lantaran penawaran harganya sangat rendah. "Mungkin sudah takdir saya tidak boleh menjual bengkel itu," ujar Wildan.
Tawaran lain datang. Tak seberapa lama, ada seseorang yang ingin bekerjasama membuka usaha jok mobil. Wildan diminta menyediakan tempat dan mencari pesanan, sang rekan mengerjakan pesanan jok mobil. Tapi, lagi-lagi, rencana ini tidak berjalan lancar. Sebab, mitranya selalu mangkir dari tenggat penyelesaian pesanan.
Wildan lantas memutuskan kerjasama. Tapi, satu dari tiga pegawainya menyarankan terus menjalankan bisnis jok ini. Awalnya, ia sempat ragu, sebab ia tidak mengerti sama sekali bisnis jok mobil dan otomotif. Untunglah, sang pegawai yang sudah piawai mau membantu. Wildan mencoba menginvestasikan uangnya dengan membeli bahan-bahan jok. la memberi nama usahanya dengan sebutan Mr. Seat pada tahun 2002. Tapi, usahanya tetap saja sepi.
Wildan belum menyerah. la lalu berusaha mengamati dan mempelajari bagaimana menjalankan usaha jok mobil di tempat lain yang lebih ramai peminat. Selain itu, ia rajin mempelajari teknik pemasangan jok dari media massa. Berbekal ilmu yang didapat, Wildan lalu menerapkannya. la memasang strategi lain: beriklan dengan janji kualitas bagus dan harga miring.
Ternyata, dengan memberi diskon dan gebrakan saat membuka bengkel jok, Mr Seat mulai dikenal orang dan lama kelamaan banyak orang yang datang mengganti jok. "Saya sempat banting harga jok mobil sedan menjadi Rp 1 juta. Padahal, di bengkel lain, saat itu harganya Rp 1,6 juta," kenang Wildan.
Tidak hanya itu, Wildan juga membuat terobosan dalam berpromosi, yaitu dengan membungkus body mobil dengan kain jok. Setelah itu, ia menambah bola besar dari kulit jok di badan mobil. Tuiuannya, mencuri perhatian masyarakat terhadap merek Mr. Seat. Hasilnya, masyarakat benarbenar tertarik dan memutuskan mengganti jok di Mr Seat.
Namun, kesuksesan bisnis bengkel jok Mr. Seat tidak lantas membuat Wildan berpuas diri. Pada tahun 2005, bisnis pisang goreng Pontianak tiba-tiba populer di Jakarta. Jiwa bisnis Wildan mendorongnya menjajal peruntungan di bisnis ini juga.
Pada awal 2006, Wildan mulai membuat pisang goreng premium dengan merek PisangKu di Bintaro, Tangerang. Kebetulan, ia pernah berjualan pisang goreng sejenis itu di Lampung, meskipun mandek dan gagal. Nah, agar tidak gagal lagi, sebelum membuat PisangKu, Wildan sempat mengantre membeli Pisang Goreng Pontianak yang sudah lebih dulu populer. "Tapi, saya khawatir usaha ini akan cepat mati. Sebab, mereka sangat terbuka soal resepnya sehingga sangat mudah ditiru orang," ujar Wildan.
Faktanya, banyak sekali pisang pasir goreng sejenis bermunculan. Makanya, Wildan akhirnya membuat resep rahasia dengan pemilihan pisang dari Lampung, bukan dari Pontianak. "Sampai sekarang, karyawan saya tidak pernah tahu resep pembuatan pisang goreng pasir Saya tersebut," kata Wildan.
Wildan mengaku, kegigihannya dalam menjalankan bisnisnya lahir dari perjalanan hidup sejak kecil. Waktu itu, Wildan harus membantu perekonomian keluarga dengan berdagang teh kotak dan tisu dari bus ke bus saat masih bersekolah di Lampung. Bahkan, ia sempat berjualan bakwan dan es. "Dari sana, saya tahu bahwa manusia harus berusaha jika ingin berhasil," ujamya.
Saat ini, Wildan bisa membawahi ratusan pekerja di bengkel maupun gerai PisangKu. Kedepan, ia bercita-cita menciptakan makanan murah meriah tapi memiliki keunikan yang bisa menjadi tren di Jakarta

Dari cerita diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa kerja keras dan pantang menyerah mengantarkan kita kepada kesuksesan, meskipun ditengah jalan kita menghadapi kegagalan janganlah kita berputus asa, bangunlah kembali untuk berjalan bahkan berlari. coba terus usaha yang kita jalani dengan tekun sehingga usaha yang anda jalani bisa sukses.